(13 Jul 2024 | 06:05)

Warisan bagi Para Pemimpin

 

Judul Buku: Titik Terang Kepemimpinan

Penulis      : Shakib Abdullah Allauw

Tebal          : 138 + xxii halaman

Cetakan     : 1, Juni 2024

Buku berjudul Titik Terang Kepemimpinan ini ditulis oleh Shakib Abdullah Allauw, Ketua Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Al Hikmah Surabaya. Ustaz Shakib, beliau biasa dipanggil berhasil membagi pengalamannya sebagai seorang pemimpin dalam bentuk tulisan. Tulisan akan melintasi batas ruang dan waktu. Sebuah legacy yang tak ternilai harganya.

Dalam ‘Kata Pengantar’ di buku ini, Prof. Dr. Ir. K.H. Mohammad Nuh, DEA bahkan menuliskan: “Keunggulan peradaban selalu ditandai dengan kuatnya budaya tulis, untuk itu tidak ada pilihan lain bagi kita, kecuali menjadikan budaya tulis sebagai gerakan, terutama para ‘scholar’ untuk memperkaya khazanah pemikiran untuk membangun peradaban yang unggul.” (hal.v)

Ustaz Shakib memilih jalan itu. Berkontribusi dalam membentuk pemimpin berkarakter. Pemimpin yang tidak saja cerdas, tapi juga berintegritas. Tidak saja saleh secara sosial tapi juga kuat secara transendental.

Buku ini istimewa. Perpaduan antara ilmu dan pengalaman. Pengetahuan dan jam terbang. Konsep dan praktik. Mengupas hal global sekaligus membedah detailnya.  Menyisir ranah-ranah strategi taktis. Sangat loman memberikan tips and tricks dalam mengelola tim dan berkomunikasi. Sangat pas sebagai panduan untuk mengembangkan potensi dan keterampilan dalam memimpin.

Konten buku ini terdiri dari 51 judul tulisan. Masing-masing tulisan tidak terlalu panjang tapi juga tidak terlalu pendek. Pada bagian akhir tulisan dilengkapi dengan ilustrasi yang merangkum poin penting. Seolah-olah memberikan jeda bagi pembaca untuk mengikat insight. Merefleksi diri sebelum melangkah ke tulisan berikutnya. Didukung oleh bahasa yang lugas, ringan, dan renyah menjadikan buku ini mudah “dikunyah”.

 

Pemimpin Berkarakter

Ustaz Shakib sangat peduli dengan akhlak. Seorang pemimpin harus memiliki akhlak yang baik. Pada tulisan ‘Seperti Air’ pembaca diingatkan agar selalu menghormat pada guru selain pada orang tua. Guru telah mewariskan nilai-nilai dalam hidup kita. Orang tua telah membimbing kita sejak kecil. Menunjukkan mana yang baik mana yang tidak. Mana yang harus dilakukan mana yang harus ditinggalkan. ‘Faktor Penting di Masa Kecil’ ini juga menjadi modal bagi pemimpin berkarakter. Pemimpin berkarakter akan lahir dari orang tua berkarakter.

Akhlak yang baik juga harus diterapkan pada orang-orang di tempat kita bekerja, tim work kita. Menurut beliau, untuk menjadi pemimpin yang berkarakter cukuplah Rasulullah Muhammad saw sebagai rujukan. Sifat-sifat siddiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabliq (bisa berkomunikasi dengan baik), dan fathonah (cerdas) harusnya menjadi pondasi bagi para pemimpin dalam berkarya.

Ustaz Shakib sangat detail. Bahkan yang menurut sebagian besar orang termasuk urusan kaleng-kaleng- meminjam bahasa anak muda sekarang- juga diperhatikan. Dalam tulisan berjudul ‘Receh tapi Ampuh’ disebutkan bagaimana seorang pemimpin harus menghafal nama setiap orang dalam timnya. Sesuatu yang sederhana namun bagi yang memiliki nama tersebut pasti akan merasa dihargai-diorangkan. Ternyata pimpinan ingat nama saya. Mungkin begitu di benaknya.

Selain mengingat nama, relasi sosial dengan karyawan di level bawah pun diajarkan di buku ini secara gamblang. “Cara paling mudah minta tolong belikan makan, uang kembaliannya diberikan. Atau bahkan langsung memberikan tanpa syarat.” Pembaca bisa mendapatkan hal ini di tulisan berjudul ‘Menunjukkan Empati’. (hal.53)

Jam terbang sebagai pemimpin yang cukup panjang memungkinkan ini semua. Growth mindset yang dimiliki Ustaz Shakib melengkapinya. Menurut beliau ada dua faktor penting bagi seorang pemimpin. Pertama, wawasan. Pemimpin harus cerdas. Ia harus memiliki jiwa pembelajar sejati. Tidak berhenti belajar meski sudah berada di posisi puncak. Ilmu Allah tidak akan habis untuk dipelajari. Kedua, jam terbang. Pengalaman. Tidak bisa dipungkiri, faktor ini juga menjadi penentu karakter seorang pemimpin dalam mengelola tim, mengambil keputusan.

Sebagai seorang pemimpin, hal krusial lain yang harus dilakukan adalah menyiapkan penerusnya. Bagaimanapun juga, tidak selamanya pemimpin akan terus memimpin. Akan tiba masanya mereka mendapat amanah lain. Bisa jadi dimutasi ke bagian lain, dipromosikan ke posisi yang lebih tinggi. Bisa juga karena sudah sampai masa pensiun. Sehebat-hebatnya sebuah masa kepemimpinan, jika tidak ada penerusnya, maka lembaga tersebut tidak memiliki generasi penerus. (hal.76)

Saya jadi teringat buku karya Liz Wiseman yang berjudul Multipliers. Bagaimana seorang pemimpin bisa mengeluarkan potensi terbaik setiap orang yang dipimpinnya. Anggota tim merasa percaya diri, berani menelurkan ide-ide baru dan mendorong perubahan serta inovasi organisasi. Ini bekal kaderisasi, regenerasi. Seorang pemimpin yang baik mampu meng-kloning, menduplikat, melahirkan pemimpin-pemimpin baru yang setidaknya berkualitas sama dengan dirinya.

Ternyata, sudah terlalu banyak yang saya spill dari buku ini. Tak elok rasanya. Saya harus membiarkan pembaca menikmati kalimat demi kalimat untuk mendapatkan mutiara kepemimpinan. Terima kasih Ustaz Shakib atas ilmunya. Barakallah umurnya. Barakallah ilmunya. Selamat atas peluncuran bukunya.

Oya, jika Anda termasuk yang mendapatkan buku ini, saya ucapkan selamat. Anda mendapatkan warisan yang tak ternilai harganya. (Herna)