“Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncang dunia”
Kutipan pidato Ir. Soekarno di atas menyiratkan betapa powerful-nya pemuda di mata presiden RI pertama tersebut. Bagi negeri ini, pemuda adalah aset. Sumber daya yang harus diperhitungkan. Sepertinya bukan hanya Ir. Soekarno saja yang peduli terhadap peran pemuda. Kebanyakan para pemimpin dunia juga memiliki kecenderungan yang sama. Melibatkan pemuda secara aktif.
Sebut saja Nelson Mandela. Dalam pidatonya saat menerima gelar doktor kehormatan di University of Kwazulu-Natal, Afrika Selatan, 30 Mei 1998 Mandela mengatakan, “The future belongs to our youth. As some of us near the end of our political careers, younger people must take over. They must seek and cherish the most basic condition for peace, namely unity in our diversity, and find lasting ways to that goal.”
Dengan bahasa yang lebih sederhana, Mandela menyebut “The youth of today are the leaders of tomorrow.”
Didapuk sebagai pemimpin di masa depan, para pemuda diharapkan memiliki karakter pemimpin yang baik. Harus tangguh dan berintegritas tinggi. Zaman yang berbeda menawarkan tantangan yang berbeda. Dibutuhkan ketangguhan yang berbeda untuk survive.
Ketangguhan terhadap zaman yang berbeda ini tidak bisa muncul dengan sendirinya. Ia harus ditumbuhkembangkan. Harus disiapkan. Sekolah dan rumah bertanggung jawab atas hal ini. Guru berkewajiban tidak hanya menjadikan murid pandai secara akademik tetapi juga santun secara moral. Berakhlak mulia. Berkarakter. Modal yang dibutuhkan bagi masa depan mereka.
Orang tua di rumah pun memiliki kewajiban yang sama. Tidak serta merta menyerahkan semua urusan anak pada sekolah. Pasrah bongkokan. Sebuah idiom dalam bahasa Jawa yang bermakna menyerahkan semua masalah yang dihadapi pada seseorang sepenuhnya tanpa campur tangan dari diri pribadinya.
Sudah bukan zamannya lagi orang tua ‘cuci tangan’ atas urusan anak. Semuanya harus dilakukan bersama-sama. Butuh kolaborasi yang baik antara guru dan orang tua untuk mewujudkan para pemimpin masa depan. Anak-anak pun turut dilibatkan untuk mengembangkan potensi terbaik dirinya. Growth mindset sangat dibutuhkan dalam hal ini. Pengembangan soft skill menjadi nilai lebih.
Ada survei menarik terkait soft skill ini. Thomas J. Stanley melakukan survei terhadap 733 milyuner di Amerika Serikat. Mendapat data 100 besar faktor yang menentukan kesuksesan seseorang dalam bekerja. Yang mengejutkan adalah ternyata 10 besar faktor penentu kesuksesan adalah interpersonal skill atau biasa disebut soft skill. Anda tahu nomor satunya? Kejujuran.
Ya, kejujuran. Bukan IQ yang tinggi. Setelah kejujuran adalah disiplin. Nah, tugas kita sekarang adalah bagaimana menyiapkan anak-anak kita menjadi pemimpin yang jujur. Pemimpin yang disiplin di tengah gempuran zaman seperti saat ini.
Jika ini dilakukan, harapan Ir. Soekarno untuk mengguncang dunia hanya dengan 10 pemuda bisa direalisasikan. Namun sebaliknya, jika pemuda-pemuda zaman sekarang ini loyo maka 1000 pemuda pun tak mampu memenuhi harapan tersebut. (Herna)