A. Kedudukan Wanita Muslimah
Islam sangat memuliakan dan mengagungkan kedudukan kaum wanita, dengan menyamakan mereka dengan kaum laki-laki dalam kewajiban bertauhid kepada Allah, menyempurnakan keimanan, dalam pahala dan siksaan, serta anjuran dan larangan dalam Islam.
Sebagaimana firman Allah SWT,
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (di dunia), dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka (di akhirat) dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS an-Nahl:97)
Dalam hal peran kewanitaan, Syaikh Shaleh al-Fauzan berkata, “Wanita muslimah memiliki kedudukan (yang agung) dalam Islam, sehingga disandarkan kepadanya banyak tugas (yang mulia dalam Islam). Oleh karena itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam selalu menyampaikan nasihat-nasihat yang khusus bagi kaum wanita, bahkan Beliau Shallallahu ‘alaihi wassalam menyampaikan wasiat khusus tentang wanita dalam kutbah Beliau di Arafah (ketika haji wada’). Ini semua menunjukkan wajibnya memberikan perhatian kepada kaum wanita".
B. Peran Penting Wanita sebagai Ibu
Peradaban sebuah negara akan baik, bila masyarakatnya baik. Lingkup masyarakat terkecil dan inti adalah keluarga. Bila setiap keluarga memiliki peradaban yang baik, kokoh, berdaya dan memberdayakan, maka peradaban sebuah negara pun akan menjadi baik, sejahtera dan mensejahterakan alam semesta.
Dalam sebuah keluarga ada peran penting orangtua yakni Ayah dan Ibu. Agungnya kedudukan wanita terlihat jelas dalam peran pentingnya sebagai Ibu. Ibu memiliki peran sebagai guru pertama dan utama bagi generasi Islam, yang berarti mengusahakan perbaikan besar bagi masyarakatnya.
Atas dasar keagungan peran Ibu tersebut, maka hal pentingnya adalah menyiapkan para Ibu agar sadar diri bahwa di pundaknya terdapat amanah sebagai madrasah (tempat pendidikan) yang jika para Ibu menyiapkannya dengan baik, berarti dirinya sedang menyiapkan (lahirnya) sebuah masyarakat yang baik budi pekertinya.
C. Ikhtiar Penting dalam Melaksanakan Peran Ibu
1. Memperbaiki diri.
Seorang ibu dapat mendidik putera puterinya menjadi orang yang baik, bila dia sendiri memiliki kebaikan tersebut dalam dirinya. Maka kebaikan, ketakwaan, dan kepintaran seorang Ibu sebagai pendidik sangat menetukan keberhasilannya dalam mengarahkan putera puterinya kepada kebaikan.
2. Menjadi teladan yang baik bagi putera puterinya.
Pada dasarnya jiwa manusia itu lebih mudah mengambil teladan dari contoh yang terlihat di hadapannya, dan menjadikannya lebih semangat dalam beramal serta bersegera dalam kebaikan. Oleh karena itulah, dalam banyak ayat Al Qur’an Allah Ta’ala menceritakan kisah-kisah para Nabi yang terdahulu, serta kuatnya kesabaran dan keteguhan mereka dalam mendakwahkan agama Allah Ta’ala, untuk meneguhkan hati Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dengan mengambil teladan yang baik dari mereka. Allah Ta’ala berfirman, “Dan semua kisah para Rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman” (QS Hud:120). Sehingga sangat lah tepat jika setelah semua kisah para nabi, sahabat, para ulama menjadi teladan, maka konteks terdekat yang ditemui putera puteri kita adalah keteladanan Ayah dan Ibunya.
3. Serius dan sungguh-sungguh mendidik.
Anak adalah titipan Allah SWT kepada para orangtua yg kepada keduanya telah Allah karuniakan fitrah diri sebagai Ayah dan Ibu. Sehingga tidak ada alasan bagi orangtua untuk tidak mampu mendidik anaknya dengan baik. Fitrah sebagai orangtua yang telah Allah berikan harus terus diaktifkan dengan belajar, menghayati dan melaksanakan secara maksimal atas peran yang Allah amanahkan. Serius belajar dan sungguh-sungguh mengelola hati, pikiran, dan tindakan dalam mendidik, agar Ayah Ibu mampu menumbuhkan fitrah yang Allah anugerahkan kepada putera puteri kita.
4. Memilih metode pendidikan yang tepat dan baik.
Ada banyak proses agar fitrah anak terus tumbuh dalam kebaikan yang berimplikasi pada cita-cita agar kelak anak kita: dicintai Allah, dicintai orang-orang yang mencintai Allah dan mampu bermanfaat bagi masyarakat. Dalam melaksanakan proses pendidikan tersebut, tentu saja orangtua membutuhkan partner guru-guru kehidupan bagi putera-puterinya. Guru kehidupan yang ada dalam keluarga besarnya, di sekolahnya, di masyarakatnya, dan guru-guru kehidupan lain yang bertebaran secara online. Untuk itu orangtua sangat perlu memahami prinsip-prinsip dalam memilihkan proses, guru-guru, dan lingkungan yang baik untuk putera puterinya.
Bismillahirrahmanirrahim, Laa tahzan innallaha ma'ana
Allah senantiasa menyayangi. Allah senantiasa memberikan segala potensi kita sebagai seorang Ibu secara unlimited. Semoga kelak keluarga kita Allah pertemukan di surgaNya.
Selamat berjuang membangun generasi, Para Ibu Mulia.
Boleh lelah tetapi jangan menyerah.
Penulis: Endah Yuliani (Kepala Departemen 1 Yayasan LPI Al Hikmah Surabaya)